Peribahasa malu bertanya sesat di jalan, mungkin ada
benarnya. Dan saya yakin banyak orang yang sudah membuktikannya. Tidak terkecuali
saya sendiri. Membuktikan sebuah peribahasa tidaklah sesulit kita membuktikan
teori ataupun tesis. Hanya butuh modal nekad saya pikir.
Kejadian ini saya alami pada saat semester tiga bangku
perkuliahan di sebuah institut di surabaya. Saya merupakan orang daerah, jadi
belum begitu terbiasa dengan kehidupan di kota. Di daerah saya, angkutan umum
dapat di hitung jenisnya paling ada 5-6 armada yang memiliki rute berbeda. Tidak
sama halnya dengan angkutan kota yang ada di Surabaya mungkin ada belasan atau
lebih armada angkutan kota yang memiliki rute berbeda belum lagi ada bus kota
dan sebagainya.
Selama setahun saya menetap di Surabaya tidak sering saya
meluangkan waktu untuk sekedar berjalan-jalan mengitari kota surabaya untuk
mencari tahu jalan-jalan di surabaya. Untuk angkutan umum yang saya ketahui pun
sedikit. Paling hanya angkutan Lyn WK saja yang saya hapal betul rutenya. Karena
angkutan ini memiliki rute yang setiap mahasiswa di kampus saya pasti tahu. Angkutan
ini menghubungkan Stasiun pasar turi dan kampus saya. Jadi untuk urusan pulang
kampung inilah angkutan umum yang paling saya andalkan. Karena menaiki angkutan
kota hanya membutuhkan biaya yang relatif sedikit. Ini adalah hal yang paling
lumrah dicari oleh mahasiswa yaitu mencari yang murah dan maklum saya sendiri
berfikir daripada mengeluarkan uang lebih untuk naik ojek ataupun taksi lebih
baik saya cadangkan uang tersebut untuk keperluan lainnya.
Setelah setahun lebih saya menetap di kota surabaya, dan
dalam masa setahun lebih itupun saya belum mengerti jalan-jalan yang ada di
surabaya. Saya mengalami kejadian nahas. Apabila sebelumnya saya selalu menaiki
kereta api yang berhenti di stasiun pasar turi. Atau menaiki bus dan turun di
pasar loak. Keduanya sama saja dari sana biasanya saya menaiki angkutan Lyn WK.
Jadi saya tidak perlu repot-repot mencari tahu rute angkutan kota lainnya. Pada
hari itu ternyata saya kehabisan tiket kereta dan sialnya pula bus yang saya
harapkan pun kehabisan tiket. Mau tidak mau saya mencari alternatif bus
lainnya. Akhirnya saya menemukan bus dengan tujuan surabaya akan tetapi melalui
jalur selatan ( tidak seperti biasanya yang melewati jalur pantura ). Mau tidak
mau saya tidak bisa turun di pasar loak seperti biasa, karena bus ini tidak
melaluinya.
Berangkat menggunakan bus
Berangkat menggunakan bus
Berangkat malam hari sekitar pukul 9 malam dari kota
Tegal, saya menaiki bus dengan tujuan
surabaya dengan rute Tegal – Semarang – Solo – Surabaya. Hampir menyesal saya
menaiki bus ini. Tempat duduk di bus ini adalah 2 – 3 tidak seperti busa yang
biasa saya naiki yaitu 2 – 2. Saya duduk di posisi tempat duduk 3 dan di
tengah. Parahnya lagi kaki saya mungkin terlalu panjang untuk ukuran tempat
duduk bus itu. Alhasil kaki saya harus menekuk sepanjang perjalanan. Bisa dibayangkan
seperti apa jadinya selama hampir 13 jam saya tidak dapat meluruskan kaki saya.
Singkat cerita akhirnya sampailah saya di surabaya di
terminal bungurasih.
Saya masih ingat pesan teman saya. “Ketika di terminal pasanglah muka songong (sombong) dan sok tahu jalan, ini berguna untuk menghindari penipuan”. Menurut saya hal ini tidak sepenuhnya salah dan akhirnya saya turuti saran teman saya itu. Untuk tahu angkutan kota yang harus saya naiki akhirnya saya membuka HP saya dan mencari tahu cara menuju kampus saya dari terminal bungurasih. Ternyata dari terminal ini saya ketahui bahwa saya perlu oper berapakali angkutan umum untuk sampai di kampus saya. Dengan muka songong dan sok tahu jalan saya mengabaikan dengan sopan setiap orang yang menawari saya tumpangan ( supir2 angkutan umum, ojek dan sebagainya maksudnya ya ). Saya terus berjalan sampai depan terminal dan sok tahu langsung menaiki angkutan umum sesuai di petunjuk blog yang saya lihat di internet menuju terminal joyoboyo. Di petunjuk berikutnya dari terminal joyoboyo saya naik angutan kota Lyn S untuk sampai di Kampus saya. Memang saya seringkali melihat angkutan Lys S ini berseliweran di kampus jadi saya langsung percaya dengan blog ini.
Terminal bungurasih ( sumber : jawapos.com )
Saya masih ingat pesan teman saya. “Ketika di terminal pasanglah muka songong (sombong) dan sok tahu jalan, ini berguna untuk menghindari penipuan”. Menurut saya hal ini tidak sepenuhnya salah dan akhirnya saya turuti saran teman saya itu. Untuk tahu angkutan kota yang harus saya naiki akhirnya saya membuka HP saya dan mencari tahu cara menuju kampus saya dari terminal bungurasih. Ternyata dari terminal ini saya ketahui bahwa saya perlu oper berapakali angkutan umum untuk sampai di kampus saya. Dengan muka songong dan sok tahu jalan saya mengabaikan dengan sopan setiap orang yang menawari saya tumpangan ( supir2 angkutan umum, ojek dan sebagainya maksudnya ya ). Saya terus berjalan sampai depan terminal dan sok tahu langsung menaiki angkutan umum sesuai di petunjuk blog yang saya lihat di internet menuju terminal joyoboyo. Di petunjuk berikutnya dari terminal joyoboyo saya naik angutan kota Lyn S untuk sampai di Kampus saya. Memang saya seringkali melihat angkutan Lys S ini berseliweran di kampus jadi saya langsung percaya dengan blog ini.
Sesampainya di terminal joyoboyo langsung naik Lys S saja
dan saya akan sampai kampus pikir saya. Tetapi terkadang apa yang kita harapkan
tidak sesuai dengan kenyataan. Kenyataannya tidak ada satupun angkutan umum
dengan lambang S yang saya jumpai menunggu dari jam 11 hingga jam 2 tidak
membuahkan hasil. Daripada sampai sore saya tidak sampai-sampai kosan apalagi
saya membawa barang lumayan banyak akhirnya saya putuskan melupakan pesan teman
saya untutk berperilaku songong dan sok tahu jalan itu. Saya bertanya pada
seorang supir angkutan umum lainnya. Beliau mengatakan “ yo, emang Lyn S kuwi
suwe ngentenine, ngenteni ae wes mas” (iya Lyn S memang harus menunggu agak lama,
ditunggu saja mas). Akhirnya saya pun menurut. Menunggu sekitar 15 menit
membuat saya kegerahan akhirnya saya put kan untuk bertanyanya pada ibu penjual
es. Kali ini saya bertanya untuk ke kampus saya
kira-kira bisa naik angkutan apa ya bu selain Lyn S karena memang sudah
lama saya tunggu tidak ada. Ibunya tidak menjawab dan memanggil seorang pria,
mungkin suaminya. Bapaknya berbaik hati mengatakan pada saya agar diantar saja
25.000 sampai kampus saya. Waduh, bapaknya memang baik hati tetapi ini adalah
kata-kata yang paling ditakuti oleh mahasiswa sekaliber saya.... yaitu jumlah
nominalnya. Apabila saya naik Lyn S saya hanya perlu membayar 4.000 hingga
5.000 rupiah saja. Akhirnya saya menolak tawaran bapaknya dengan sopan. Akhrinya
dengan setengah putus asa saya berjalan, harapannya tiba-tiba ada teman yang
lewat ataupun ada angkutan Lyn S lewat.
Ada harapan
Ada harapan
Syukur setelah berjalan sebentar meskipun bukan salah satu
harapan saya ( teman datang atau ada Lyn S ) saya sekilas melihat angkutan
dengan jurusan Pasar Turi. Nah kalau saya naik ini baru, pasti saya bisa sampai
kosan saya. Akhirnya saya naik angkutan tersebut di perjalanan saya diajak
ngobrol oleh bapak yang sudah lumayan sepuh. Obrolannyapun sungguh memotivasi. Ingat
satu pesan yang beliau katakan agar tetap prihatin dengan keadaan orang tua dan
belajar dengan giat. Hehe mungkin saat ini saya belum sepenuhnya bisa
menjalankan pesan dari bapak tersebut ( maaf ya pak, tetapi saya akan terus berusaha
). Singkat cerita akhirnya saya sampai di Pasar Turi dan akhirnya saya menaiki
Lyn yang sudah tidak asing lagi bagi saya yaitu Lyn WK. Akhirnya sampailah saya
di kosan dengan selamat alhamdullilah.
Sepulangnya ke kosan saya mampir ke warung makan yang biasa
saya datangi untuk makan karena memang saya sudah sangat lapar dari tadi malam
hingga saat ini jam 16.00 saya belum makan apapun. saya disapa oleh pemilik
warung makan ini katanya, darimana mas kok jadi lebih item di tegal panas
ya.... hahaha sangat miris saya mendegarkan pertanyaan ataupun pernyataan dari
pemilik warung ini. Akhirnya saya
memberitahu kejadian yang saya alami hari itu. Ibu pemiliknya bilang harusnya
mas turun di bungurasih naik bus kota ke terminal bratang dari teminal bratang
baru naik Lyn S, di joyoboyo ngga ada Lyn S yang lewat dan kalau bingung
mending tanya supir angkutan umum saja. Waduh saya berarti mengikuti petunjuk
pikir saya.
Ya sudahlah buat pengalaman baru saja. Kapan-kapan saya akan
bertanya agar tidak terseat di jalan (dijalan beneran)